Abdul Kadir


Pahlawan Indonesia



Abdul Kadir Gelar Raden Temenggung Setia Pahlawan lahir di Sintang, Kalimantan Barat pada tahun 1771 dan wafat di Tanjung Suka Dua, Melawi pada tahun 1875 dalam usia 104 tahun. Beliau adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia dari Melawi.

Abdul Kadir Raden Tumenggung Setia Pahlawan lahir di Sintang, Kalimantan Barat pada tahun 1771 Masehi. Ayahnya bernama Oerip (Urip) dan ibunya bernama Siti Safriyah. Ayah Abdul Kadir bekerja sebagai hulubalang atau pemimpin pasukan kerajaan Sintang.

Abdul Kadir sudah mengabdi sebagai pegawai kerajaan Sintang pada saat usianya masih sangat muda. Selama mengabdi di kerajaan Sintang beliau mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan pernah mendapat tugas dari Raja Sintang untuk mengamankan kerajaan Sintang dari gangguan pengacau dan perampok. Tugas tersebut dapat dilaksanakannya dengan baik. Abdul Kadir kemudian diangkat menjadi pembantu ayahnya yang menjabat sebagai Kepala Pemerintahan kawasan Melawi.

Setelah ayahnya wafat pada tahun 1845 beliau diangkat sebagai kepala pemerintahan Melawi menggantikan kedudukan ayahnya. Karena jabatannya itu Abdul Kadir mendapatkan gelar Raden Tumenggung yang diberikan oleh Raja Sintang.

Dalam perjuangannya beliau berhasil mempersatukan suku - suku Dayak dengan Melayu serta dapat mengembangkan potensi ekonomi daerah Melawi. Namun juga harus berjuang keras menghadapi ambisi Belanda yang datang di Sintang pada tahun 1820-an, yang ingin memperluas wilayah kekuasaannya ke daerah Melawi.

Dalam menghadapi Belanda beliau memakai strategi peran ganda, yaitu sebagai pejabat pemerintah Melawi tetap bersikap setia pada Raja Sintang yang berarti setia pula pada pemerintahan Belanda. Tetapi secara diam - diam juga menghimpun kekuatan rakyat untuk melawan Belanda, beliau membentuk kesatuan - kesatuan bersenjata di daerah Melawi dan sekitarnya untuk menghadapi pasukan Belanda.

Pada tahun 1866, Belanda memberikan hadiah uang dan gelar Setia Pahlawan kepada Abdul Kadir Raden Tumenggung agar sikapnya melunak dan mau bekerjasama dengan Belanda. Namun Abdul Kadir tidak mengubah sikap dan pendiriannya. Beliau tetap melakukan persiapan untuk melawan pemerintahan Belanda. Pada akhirnya di daerah Melawi sering terjadi gangguan keamanan terhadap Belanda yang dilakukan oleh pengikut Abdul Kadir Raden Tumenggung.

Pada tahun 1868, Belanda yang marah akibat sering mendapat gangguan keamanan kemudian melancarkan operasi militer ke daerah Melawi. Pertempuranpun tidak bisa dihindari antara pasukan Belanda melawan pengikut Abdul Kadir Raden Tumenggung. Dalam menghadapi Belanda, Abdul Kadir tidak memimpin pertempuran secara langsung, melainkan hanya mengatur strategi perlawanan. Sebagai kepala pemerintahan Melawi beliau bisa memperoleh berbagai informasi tentang rencana - rencana operasi militer pemerintah Belanda. Berkat informasi itulah, para pemimpin perlawanan dapat mengacaukan operasi militer Belanda.

Selama tujuh tahun (1868 - 1875) Abdul Kadir Raden Tumenggung berhasil menerapkan strategi peran ganda, namun akhirnya pemerintah Belanda mengetahuinya. Pada tahun 1875 beliau ditangkap dan dipenjarakan di benteng Saka Dua milik Belanda di Nanga Pinoh. Tiga minggu kemudian beliau meninggal dunia dalam usia 104 tahun.

Jenasahnya dimakamkan di Natali Mangguk Liang daerah Melawi. Abdul Kadir Raden Tumenggung Setia Pahlawan adalah satu satunya pahlawan yang meninggal dunia pada usia di atas 100 tahun. Tokoh pejuang yang mampu menghimpun serta menggerakkan rakyat untuk melawan Belanda. Pemikirannya untuk melawan penjajah Belanda menjadi contoh bagi perlawanan rakyat selanjutnya.

Atas jasa - jasanya dalam perjuangan menghadapi penjajah Belanda, maka pada tahun 1999 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 114/TK/Tahun 1999 tertanggal 13 Oktober 1999, pemerintah Indonesia menganugerahkan Abdul Kadir Raden Tumenggung Setia Pahlawan sebagai Pahlawan Nasional.