Maskun Sumadireja




Maskun Sumadireja (Maskoen Soemadiredja) lahir di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 25 Mei 1907 dan wafat di Jakarta pada tanggal 4 Januari 1986 dalam usia 78 tahun. Beliau adalah Pahlawan Nasional Indonesia yang berasal dari Jawa Barat.

Beliau adalah putra dari Raden Umar Soemadiredja dan Nyi Raden Umi. Sejak tahun 1927 Maskun sudah aktif dalam pergerakan politik untuk berjuang mewujudkan kemerdekaan negara Indonesia. Karena itu beliau bergabung dengan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dipimpin oleh Ir. Sukarno. Maskun memegang jabatan sebagai komisaris merangkap sebagai sekretaris II PNI cabang Bandung.

Selama bergabung dengan PNI, Maskun dipercaya sebagai komisaris serta sekretaris II PNI cabang Bandung. Kegigihannya dalam mengusir penjajah dengan mengobarkan semangat juang kepada rakyat Indonesia melalui aksi propaganda dan menyebarkan ajaran nasionalisme membuat gerak - geriknya diawasi oleh Pemerintah Hindia - Belanda hingga akhirnya dibui ke Banceuy pada tahun 1929.

Beliau sering melakukan propaganda dengan menyebarkan prinsip - prinsip nasionalisme dan menggugah semangat rakyat untuk memperjuangkan kemerdekaan.

Tingkah Maskun memang dianggap cukup meresahkan Pemerintah Hindia - Belanda, tak lama setelah bebas dari sel penjara di Banceuy, beliau kembali merasakan aroma sesak sel pada tahun 1930. Di sana beliau dikurung bersama tiga pejuang lainnya salah satunya adalah Sukarno berlanjut pada pembuangan dirinya di Digul, Papua.

Selama beberapa tahun Maskoen berada pada tempat pembuangan para pejuang hingga akhirnya ia dilarikan ke Australia oleh tentara Jepang yang berhasil menggulingkan kepemimpinan Belanda pada tahun 1942. Di Australia beliau tak hanya tinggal diam namun kembali mengobarkan semangat juang rakyat Indonesia dengan berdirinya Organisasi Serikat Indonesia Baru yang bertujuan untuk mengumpulkan rakyat Indonesia dan menularkan semangat juang akan rasa nasionalisme.

Pada tahun 1949, Maskoen bertanggungjawab dalam pemulangan orang - orang Indonesia yang ada di Australia setelah adanya pengakuan kedaulatan atas Indonesia. Bagi suami dari Nyi R. Djuhaeni ini, hidup adalah perjuangan di mana beliau mengaku mendedikasikan dirinya untuk terus berjuang demi bangsa Indonesia.


Maskun meninggal pada tanggal 4 Januari 1986 di usianya yang tak lagi muda, 79 tahun. Atas jasanya terhadap negara, Maskoen mendapatkan gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No.089/TK/Tahun 2004.