Marthen Indey lahir di Doromena, Jayapura pada tanggal 16 Maret 1912 dan wafat pada tanggal 17 Juli 1986 dalam usia 74 tahun.
Beliau adalah Anggota Polisi Hindia Belanda yang pernah ditugaskan mengawasi para Digulis di Tanah Merah (Digul).
Saat bertugas di Digul Indey mulai mendapat pengaruh nasionalisme.
Dengan kurang lebih 30 orang anak buahnya, Indey merencanakan untuk menangkap aparat pemerintah Hindia Belanda di Digul. Rencana itu gagal dan Indey diangkut Belanda ke Australia ketika Jepang memasuki Irian.
Pada tahun 1944 beliau kembali ke Irian bersama pasukan Sekutu dan mendapat tugas melatih Anggota Batalyon Papua yang dibentuk Sekutu untuk menghadapi Jepang. Walaupun resminya antara tahun 1945 - 1947 menjadi aparat pemerintah Belanda sebagai Kepala Distrik Arso Yamay dan Waris, namun secara sembunyi-sembunyi Indey bergabung dengan kelompok Sugoro (bekas Digulis) yang bekerja sebagai Guru Sekolah Pamong Praja di Kota Nica (sekarang Kampung Harapan).
Dalam kelompok ini menyiapkan pemberontakan menumbangkan kekuasaan Belanda dan merealisasikan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Irian Barat, akan tetapi rencana mereka diketahui Belanda.
Bulan Oktober 1946 Marthen Indey menjadi Anggota Komite Indonesia Merdeka (KIM) Pimpinan Dr. Gerungan di Hollandia Binmen (sekarang Abepura) dan kemudian menjadi ketuanya. Namun KIM kemudian berganti menjadi Partai Indoneia Merdeka (PIM).
Dalam kedudukan sebagai Ketua PIM, Marthen Indey memimpin delegasi yang terdiri atas 12 Kepala Suku menyampaikan protes terhadap maksud Belanda untuk memisahkan Irian Barat dari Indonesia. Indey juga menghimbau anggota milker yang bukan orang Belanda untuk melancarkan perlawanan terhadap Belanda. Akibatnya Marthen Indey diawasi secara ketat.
Kesempatan cuti ke Ambon dimanfaatkan Indey menghubungi kelompok - kelompok pro-Indonesia di Maluku untuk membantu perjuangan penduduk Irian Jaya. Karena kegiatan itu beliau ditangkap Pemerintah Belanda dan dipenjarakan selama tiga tahun.
Sesudah tahun 1950 Marthen Indey tetap memilihara kontak dengan kelompok - kelompok pro Indonesia yang melakukan gerakan bawah tanah. Bersama J Teppy, pada Januari 1962 beliau menyusun kekuatan gerilya sambil menanti kedatangan pasukan Indonesia yang akan di drop di Irian Jaya dalam rangka Trikora.
Beliau antara lain berhasil menyelamatkan beberapa orang anggota RPKAD yang didaratkan di Teluk Merah dan melindungi mereka dirumahnya sendiri.
Persetujuan New York tanggal 15 Agustus 1962 mengakhiri Trikora dan Irian Jaya ditempatkan di bawah Pemerintahan sementara PBB (UNTEA).
Bulan Desember 1962 Marthen Indey bersama E.Y. Bonay berangkat ke New York untuk memperjuangkan di PBB agar periode UNTEA dipersingkat dan Irian Jaya secepatnya dimasukkan ke dalam Wilayah Republik Indonesia. Sesudah itu beliau ke Jakarta menyampaikan Piagam Kota Baru kepada Presiden Soekarno yang berisi ketegasan tekad penduduk Irian Jaya untuk tetap setia kepada Republik Indonesia.
Selama tahun 1963 - 1968 Marthen Indey duduk sebagai Anggota MPRS mewakili Irian Jaya, disamping jabatannya sebagai kontrolier diperbantukan pada Residen Jayapura, juga diangkat sebagai Mayor Trituler.
Marthen Indey meninggal dunia pada tanggal 17 Juli 1986. Atas jasa dan perjuangannya, Pemerintah RI menganugerahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden RI No.077/TK/Tahun 1993 tanggal 14 September 1993.