Hasyim Asy’arie




KH. Mohammad Hasyim Asy’arie (Hasjim Asy'arie) merupakan pendiri organisasi Nahdlatul Ulama dan Pahlawan Nasional Indonesia yang lahir di Desa Gedang kecamatan Diwek kabupaten Jombang provinsi Jawa Timur pada tanggal 10 April tahun 1875 dan wafat di Jombang provinsi Jawa Timur pada tanggal 25 Juli tahun 1947 dalam usia 72 tahun.

Di kalangan Nahdliyin dan ulama pesantren beliau dijuluki dengan sebutan "Hadratus Syeikh" yang berarti maha guru. Beliau adalah putra ketiga dari 10 bersaudara, ayahnya bernama Kyai Asy’ari seorang pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang dan Ibunya bernama Halimah.

Kesepuluh saudara Hasyim Asy'ari antara lain:
  1. Nafi’ah
  2. Ahmad Saleh
  3. Radiah
  4. Hassan
  5. Anis
  6. Fatanah
  7. Maimunah
  8. Maksum
  9. Nahrawi
  10. M. Adnan
Berdasarkan silsilah garis keturunan ibu, beliau memiliki garis keturunan baik dari Sultan Pajang Jaka Tingkir juga mempunyai keturunan ke raja Hindu Majapahit, Raja Brawijaya V (Lembupeteng).

Silsilah berdasarkan garis keturanan ibu tersebut adalah :
  • Halimah 
  • Putri Layyinah 
  • Putri Sihah 
  • Putra Abdul Jabar 
  • Putra Ahmad 
  • Putra Pangeran Sambo 
  • Putra Pengeran Benowo 
  • Putra Joko Tingkir (Mas Karebet) 
  • Putra Prabu Brawijaya V (Lembupeteng).

KH. Hasyim Asy’ari belajar dasar - dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang.


Sejak usia 15 tahun beliau berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain :
  • Pesantren Wonokoyo di Probolinggo
  • Pesantren Langitan di Tuban
  • Pesantren Trenggilis di Semarang
  • Pesantren Kademangan di Bangkalan
  • Pesantren Siwalan di Sidoarjo.
Pada tahun 1892, KH. Hasyim Asy’ari pergi menimba ilmu ke Mekah dan berguru pada :
  • Syekh Ahmad Khatib Minangkabau
  • Syekh Mahfudh at-Tarmisi
  • Syekh Ahmad Amin Al-Aththar
  • Syekh Ibrahim Arab
  • Syekh Said Yamani
  • Syekh Rahmaullah
  • Syekh Sholeh Bafadlal
  • Sayyid Abbas Maliki
  • Sayyid Alwi bin Ahmad As-Saqqaf
  • Sayyid Husein Al-Habsyi
Di Makkah, awalnya beliau belajar dibawah bimbingan Syaikh Mafudz dari Termas (Pacitan) yang merupakan ulama dari Indonesia pertama yang mengajar Sahih Bukhori di Makkah.

Syaikh Mafudz adalah ahli hadist dan hal ini sangat menarik minat belajar KH. Hasyim Asy’ari sehingga sekembalinya ke Indonesia pesantren yang beliau naungi sangat terkenal dalam pengajaran ilmu hadist.

Beliau mendapatkan ijazah langsung dari Syaikh Mafudz untuk mengajar Sahih Bukhari, dimana Syaikh Mahfudz merupakan pewaris terakhir dari pertalian penerima (isnad) hadist dari 23 generasi penerima karya ini. Selain belajar hadist beliau juga belajar tassawuf (sufi) dengan mendalami Tarekat Qadiriyah dan Naqsyabandiyah, beliau juga mempelajari fiqih madzab Syafi’i di bawah asuhan Syaikh Ahmad Katib dari Minangkabau yang juga ahli dalam bidang astronomi (ilmu falak), matematika (ilmu hisab) dan aljabar.

Di masa belajar pada Syaikh Ahmad Katib inilah beliau mempelajari Tafsir Al-manar karya monumental Muhammad Abduh. Pada prinsipnya beliau mengagumi rasionalitas pemikiran Abduh akan tetapi kurang setuju dengan ejekan Abduh terhadap ulama tradisionalis.

Gurunya yang lain adalah termasuk ulama terkenal dari Banten yang mukim di Makkah yaitu Syaikh Nawawi al-Bantani. Sementara guru yang bukan dari Nusantara antara lain Syaikh Shata dan Syaikh Dagistani yang merupakan ulama terkenal pada masa itu.


Gelar pahlawan diberikan oleh pemerintah Republik Indonesia kepada KH. M. Hasyim Asy'ari dengan SK : Nomor 294 Tahun 1964/17-11-1964.