Sultan Syarif Kasim II





Sultan Syarif Kasim II (Yang Dipertuan Besar Syarif Kasim Abdul Jalil Saifuddin) lahir di Siak Sri Indrapura, Riau pada tanggal 1 Desember 1893 dan wafat di Rumbai, Pekanbaru, Riau pada tanggal 23 April 1968 dalam usia 74 tahun.

Beliau adalah sultan ke-12 Kesultanan Siak yang dinobatkan sebagai sultan pada umur 21 tahun menggantikan ayahnya Sultan Syarif Hasyim.

Lahir dengan nama Tengku Sulung Sayed Kasim, Ayahandanya adalah sultan ke-11 yang bergelar Sultan Asysyaidis Syarif Hasyim Abdul Djalil Syaifuddin yang memerintah selama 19 tahun yaitu dari tahun 1889 sampai tahun 1908. Ibunya bernama Tengku Yuk, permaisuri kerajaan Siak.

Semasa kecilnya sampai berumur 12 tahun beliau dididik dalam lingkungan istana. Sebagai calon pengganti ayahnya beliau dididik sebagaimana lazimnya adat istiadat raja - raja, meliputi aspek fisik, mental spiritual atau kerohanian dan kecerdasan.

Ayahandanya merupakan seorang sultan yang kuat memegang prinsip Islam, selain itu juga mempunyai pandangan yang luas serta berusaha dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Ayahandanya ingin agar Sayed Kasim yang menggantikannya kelak dapat memimpin kerajaan dengan prinsip Islam dan pengetahuan yang luas. Oleh karena itu, setelah Sayed Kasim berumur 12 tahun (pada tahun 1904) beliau dikirim ke Batavia.

Di Batavia Sayed Kasim melanjutkan pendidikan tentang hukum Islam dan berguru kepada Sayed Husein Al-Habsyi yang merupakan ulama besar dan juga termasuk tokoh pergerakan nasional.

Selain belajar mengenai hukum Islam beliau juga menuntut ilmu hukum dan ketatanegaraan dari Prof. Snouck Hurgronye dari Institute Beck en Volten. Dalam kehidupannya yang sangat berpengaruh adalah ajaran dari Sayed Husein Al-Habsyi hingga beliau menjadi pemeluk agama Islam yang taat dan berjiwa kebangsaan yang tinggi.

Masa penempaan diri selama 11 tahun dari tahun 1904 sampai tahun 1915 di Batavia yang saat itu merupakan Pusat Pergerakan Nasional, telah menanamkan kepada pemuda Sayed Kasim semangat kesatuan, semangat kemerdekaan dan semangat untuk menentang penjajah.

Saat Sayed Kasim berumur 16 tahun semasa masih menuntut ilmu di Batavia, ayahandanya Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Djailil Syaifuddin meninggal dunia bertepatan tahun 1908. Oleh karena Sayed Kasim tidak langsung dinobatkan sebagai raja menggantikan ayahndanya, maka untuk sementara waktu pemerintahan dipegang oleh dua orang pejabat yang mewakili raja yaitu Tengku Besar Sayed Syagaf dan Datuk Lima Puluh selama 7 tahun.

Sekembalinya dari Batavia pada 3 Maret 1915, dalam usia 21 tahun Sayed Kasim dinobatkan menjadi Sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura yang ke-12 dengan gelar Sultan Asysyaidis Syarif Kasim Abdul DJalil Syaifuddin.

Sultan Syarif Kasim II merupakan seorang pendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tidak lama setelah proklamasi beliau menyatakan Kesultanan Siak sebagai bagian wilayah Indonesia dan menyumbang harta kekayaannya sejumlah 13 juta gulden untuk pemerintah Republik (setara dengan 151 juta gulden atau € 69 juta Euro pada tahun 2011). Bersama Sultan Serdang beliau juga berusaha membujuk raja - raja di Sumatera Timur lainnya untuk turut memihak Republik.

Syarif Kasim II mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional melalui Keppres No. 109/TK/1998, tanggal 6 November 1998.